Finishing kayu merupakan proses yang dilakukan setelah kayu selesai dirakit atau disambung menjadi satu. Proses ini tidak bisa dilakukan sembarangan, karena proses ini akan mempengaruhi tampilan akhir dari sebuah kerajinan kayu.
Saat ini finishing kayu memiliki berbagai macam variasi, mulai dari menggunakan cat minyak, cat lilin, wood stain, pernis, hingga tetap memunculkan warna asli kayu. Sebelum melakukan proses finishing, pastikan kamu sudah menentukan bagaimana kerajinan kayu tersebut akan kamu gunakan, misalnya akan dijadikan sebagai meja dapur, hiasan, atau rak. Selain itu, kamu juga harus memperhatikan penempatannya, apakah kerajinan kayu tersebut akan diletakkan di dalam ruangan, di luar ruangan yang akan terkena sinar matahari langsung beserta hujan dan panas. Hal ini perlu dipertanyakan karena finishing kayu memiliki keunggulan yang berbeda-beda dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Langkah-langkah Finishing Kayu
Setelah beberapa hal diatas sudah kamu tentukan, saatnya kamu melakukan finishing dengan tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut ini langkah-langkah finishing kayu:
1. Pengamplasan
Proses pengamplasan menjadi langkah awal kamu saat melakukan proses finishing kayu. Hal ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan permukaan kayu yang lebih halus dan rata. Ukuran grit amplas yang dapat kamu gunakan diawal yaitu 120 ataupun 150.
2. Menutup pori-pori dan lubang pada kayu (woodfiller)
Terkadang pada permukaan kayu yang kita gunakan terdapat pori-pori dan lubang-lubang kecil terutama pada kayu bekas seperti kayu palet. Jika kamu menemukan pori-pori atau lubang-lubang ini, kamu harus menutupnya terlebih dahulu. Proses ini juga dikenal dengan sebutan woodfiller. Pada pori-pori, woodfiller berguna untuk meratakan dan membuat permukaan kayu jadi lebih rata. Sedangkan untuk lubang kecil dapat ditutup dengan produk khusus woodfiller atau kamu juga bisa menggunakan serbuk kayu halus yang dicampurkan dengan lem kayu.
3. Woodstain
Langkah selanjutnya yaitu melakukan pewarnaan kayu atau woodstain. Woodstain terbagi menjadi dua, yaitu woodstain dengan campuran thiner (solvent-based) dan campuran air (water-based). Penentuan jenis woodstain harus mengikuti woodfiller yang sebelumnya dipakai, apakah itu solvent-based atau water-based.
Untuk woodstain water-based, kamu bisa menggunakan kuas serabut ataupun kuas busa. Sedangkan untuk woodstain solvent-base lebih disarankan menggunakan kuas serabut ataupun menggunakan kain lap.
4. Sanding sealer
Tahapan ini berfungsi untuk meratakan serat yang berdiri setelah diberi woodstain dan juga melindungi woodstain dari proses pengamplasan. Dalam menggunakan sanding sealer, pastikan kamu melakukan pengamplasan dari setiap lapisannya, misalnya setelah melapiskan sanding sealer pertama, kemudian lakukan proses pengamplasan. Hal ini juga berlaku pada pelapisan sanding sealer kedua, dan seterusnya. Ukuran grit yang digunakan yaitu 400.
5. Top coat / clear coat
Tahapan ini menjadi perlindungan bagi pelapis sebelumnya dan juga kayu itu sendiri. Sama seperti sebelumnya, top coat atau clear coat ini terdiri dari water-based dan juga solvent-base. Pada water-based dapat dibagi lagi menjadi jenis bahan akrilik dan polyurethane. Sedangkan untuk solvent, terbagi menjadi jenis bahan melamin hingga polyurethane.
Nah, itu dia langkah-langkah dalam melakukan proses finishing kayu. Jika kamu ingin menggunakan warna alami kayu, kamu bisa melewati proses woodstain ya Sobat Crona.
Untuk selanjutnya kamu dapat membaca tentang permasalahan finishing kayu
0 Comments